PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK UREA TERHADAP SIFAT TANAH DAN HASIL KACANG PANJANG DI LAHAN KERING PINGGIRAN PERKOTAAN DENPASAR BALI
I.B. Aribawa, Ni Luh Kartini dan I.K. Kariada
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali; Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar
Telp/Fax : (0361) 720498 PO. Box 3480
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan pada MT 2003 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana Desa Pegok Kotamadya Denpasar, Bali. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk organik dan pupuk urea terhadap perubahan sifat kimia tanah dan hasil kacang panjang di lahan kering pinggiran perkotaan Kotamadya Denpasar, Bali. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah jenis pupuk organik dari tiga sumber yang berbeda yaitu : tanpa pupuk organik (o0); pupuk kandang sapi (o1); pupuk kandang ayam (o2) dan pupuk organik kascing (o3) dengan dosis yang sama yaitu 5 t/ha. Faktor ke dua adalah pupuk urea yang terdiri dari empat dosis yaitu : tanpa urea (n0); 25 kg/ha urea/ha (n1); 50 kg urea/ha (n2) dan 75 kg urea/ha (n3). Hasil percobaan menunjukkan interaksi perlakuan beberapa jenis pupuk organik dan urea berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap C-organik tanah dan hasil kacang panjang, sedangkan terhadap N-total tanah, masing-masing faktor tunggal menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Hasil kacang panjang tertinggi terlihat pada kombinasi perlakuan o3n3 yaitu 4,21 t/ha.
Kata kunci : pupuk organik, pupuk urea, sifat kimia tanah dan hasil kacang panjang.
PENDAHULUAN
Urbanisasi penduduk pedesaan ke daerah perkotaan tidak dapat dihindari karena pesatnya pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan. Meningkatnya jumlah penduduk di daerah perkotaan membawa dampak terhadap peningkatan kebutuhan pangan, khususnya sayuran.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi sayuran, namun demikian masih belum dapat mengimbangi permintaan pasar. Keadaan ini dimungkinkan antara lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, perbaikan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Selain itu di kota-kota besar tumbuh permintaan pasar yang menghendaki komoditas sayuran dengan kualitas yang baik dan dengan berbagai jenis yang lebih beragam.
Berbagai jenis komoditas sayuran diusahakan oleh petani di daerah pinggiran perkotaan dalam luas garapan yang sempit ( 25 are), seperti sawi (caisim), bayam, kangkung, terong, cabe, tomat, bawang merah, bawang putih, kacang panjang dan sebagainya (Soethama et al., 1998). Umumnya dalam satu penguasaan lahan, diusahakan beraneka ragam komoditas sayuran dalam petakan yang berbeda, misalnya disamping diusahakan komoditas sayuran sawi hijau (Caisim), ditanam juga bayam, kangkung, cabe, kacang panjang dan komoditas sayuran lainnya.
Kacang panjang merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di daerah pinggiran perkotaan Denpasar. Masalah utama dalam pengembangan kacang panjang ini adalah rendahnya produksi kacang panjang. Produktivitas kacang panjang di tingkat petani hanya mencapai 2-3 t/ha. Untuk kabupaten Badung rata-rata produktivitas kacang panjang tahun 2003 hanya mencapai 2,25 t/ha (Anonimous, 2003), jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil kacang panjang yang bisa mencapai 20-25 t/ha polong segar. Penyebab utama rendahnya produktivitas kacang panjang diantaranya disebabkan oleh karena kesuburan tanah yang rendah dan teknik budidaya yang masih sederhana.
Usaha untuk dapat meningkatkan produktivitas kacang panjang diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah (Soepardi, 1979; Nurhayati Hakim et al., 1986). Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan daya larut unsur P, K, Ca dan Mg, meningkatkan C-organik, kapasitas tukar kation, kapasitas tanah memegang air, menurunkan kejenuhan Al dan bulk density (BD) tanah (Lund dan Doss, 1980; Aidi et al., 1996).
Selain pemberian pupuk organik, pemberian pupuk urea sebagai sumber hara N merupakan usaha yang banyak dilakukan dalam meningkatkan produktivitas sayuran khususnya kacang panjang. Pupuk urea sebagai sumber hara N dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dimana tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau (Hardjowigeno, 1987).
Beberapa macam pupuk organik dengan keunggulan dan kelemahannya masing-masing tersedia di lapangan misalnya kascing dan bokashi, disamping pupuk organik yang dimiliki oleh petani misalnya pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang ayam. Penggunaan pupuk organik akhir-akhir ini memegang peranan yang sangat penting seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan produk pertanian, khususnya sayuran. Masyarakat menuntut produk pertanian sayuran berkualitas tinggi, tersedia setiap saat dan tidak tercemar oleh residu bahan kimia beracun.
Usahatani sayuran di pinggiran perkotaan dihadapkan pada masalah sempitnya lahan serta tingginya tuntutan masyarakat terhadap kualitas lingkungan, sehingga dengan demikian penerapan budidaya hemat lahan dengan menitik beratkan pada masukan/input organik perlu dilakukan. Mengingat peran pupuk organik dan pupuk urea sebagai sumber N dalam tanah dan tanaman sangat penting, maka disusunlah penelitian lapang untuk mempelajari pengaruh beberapa jenis pupuk organik dan pupuk urea terhadap perubahan sifat kimia tanah dan hasil kacang panjang.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana Pegok Kabupaten Badung Bali pada MH 2002/03. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah jenis pupuk organik dari tiga sumber yang berbeda yaitu : tanpa pupuk organik (o0); pupuk kandang sapi (o1); pupuk kandang ayam (o2) dan pupuk organik kascing (o3) dengan dosis yang sama yaitu 5 t/ha. Faktor ke dua adalah pupuk urea yang terdiri dari empat dosis yaitu : tanpa urea (n0); 25 kg/ha urea/ha (n1); 50 kg urea/ha (n2) dan 75 kg urea/ha (n3).
Tanaman indikator kacang panjang varietas lokal ditanam pada petak percobaan/guludan yang berukuran 4 m x 6 m, dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm dengan jumlah biji dua biji/lubang. Pemberian pupuk organik dan urea dilakukan dengan cara disebar satu hari sebelum tanam kemudian diaduk rata dengan tanah. Pupuk urea diberikan dua kali yaitu setengah takaran diberikan sehari sebelum tanam dan sisanya diberikan 3 minggu setelah tanam, dengan cara larikan, 10 cm dari barisan tanaman. Tiang rambatan (turus) dengan ukuran 3 cm x 200 cm ditancapkan 10 cm dari tanaman, pada saat tanaman berumur dua minggu dalam bentuk pagar.
Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah lokasi percobaan sebelum tanam dan setelah panen seperti C-organik tanah, N-total tanah dan hasil kacang panjang. Data dikumpulkan dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam. Apabila interaksi perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda 5 %, jika hanya perlakuan tunggal yang berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT 5 % (Gomez dan Gomez, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah Awal
Lahan yang dipakai untuk percobaan adalah lahan yang terletak di pinggir perkotaan. Fisiografi lahan datar, dengan jenis tanahnya adalah Inceptisol. Tingkat kesuburan tanah rendah yang dicirikan dengan pH tanah agak asam (6,09), kadar C-organik rendah (1,24 %), N-total rendah (0,12 %) dan C/N ratio rendah (8,24 %).
Perubahan Sifat Kimia Tanah
Analisis statistik terhadap kadar C-organik tanah setelah panen menunjukkan interaksi perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk urea berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01). Kadar C-organik tanah tertinggi terlihat pada kombinasi perlakuan o1n0 yaitu 1,26 % dan terrendah terlihat pada kombinasi perlakuan o3n3 yaitu 0,18 % (Tabel 1). Pada Tabel 1, terlihat juga rata-rata kadar C-organik tanah pukan sapi (o1) lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya pada perlakuan dosis urea yang berbeda. Sebaliknya pada perlakuan tanpa urea (n0) pada jenis bahan organik yang berbeda, rata-rata kadar C-organik tanahnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan dosis pupuk urea yang lain.
Tabel 1. Pengaruh interaksi beberapa jenis pupuk organik dan urea terhadap C-organik tanah setelah panen.
Perlakuan n0 n1 n2 n3 Rata-rata
o0
o1
o2
o3 0,85 b
1,26 a
0,31 c
0,41 c 0,92 b
1,18 a
0,30 c
0,34 c 0,20 c
1,15 a
0,31 b
0,31 b 0,18 c
1,16 a
0,41 b
0,27 c 0,53
1,19
0,33
0,33
Rata-rata 0,71 0,69 0,49 0,51
BNT % % 0,11
Ket : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5 %.
Tabel 2. Pengaruh beberapa jenis pupuk organik dan pupuk urea terhadap N-total tanah (%) setelah panen.
Perlakuan N-total tanah (%)
Jenis Pupuk Organik
o0
o1
o2
o3
Dosis Pupuk Urea
n0
n1
n2
n3
0,21 c
0,29 b
0,33 b
0,41 a
0,24 a
0,25 a
0,35 b
0,40 c
BNT 5 % 0,05
Ket : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5 %
Analisis statistik terhadap kadar N-total tanah setelah panen menunjukkan interaksi perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk urea berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Kadar N-total tanah hanya dipengaruhi secara nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) oleh perlakuan tuanggal jenis pupuk organik dan pupuk urea. Kadar N-total tanah tertinggi pada jenis pupuk organik terlihat pada perlakuan o3 yaitu 0,41 % dan yang terrendah pada perlakuan o0 yaitu 0,21 %. Perlakuan o3 menunjukkan perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 2).
Kadar N-total tertinggi pada perlakuan dosis pupuk urea terlihat pada perlakuan n3 yaitu 0,40 %, berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kadar N-total terrendah terlihat pada perlakuan n0 yaitu 0,24 %, berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan n2 dan n3 (Tabel 2).
Analisis statistik terhadap hasil kacang menunjukkan interaksi perlakuan jenis pupuk organik dan urea berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01). Hasil kacang panjang tertinggi terlihat pada kombinasi perlakuan o3n3 yaitu 4,21 t/ha dan terrendah terlihat pada kombinasi perlakuan o0n0 yaitu 2,18 t/ha (Tabel 3). Peningkatan dosis urea pada jenis pupuk organik yang sama dapat meningkatkan hasil kacang panjang. Sebaliknya pada perlakuan jenis pupuk organik yang berbeda diperoleh hasil kacang panjang yang berbeda pula, tergantung dari jenis pupuk organik yang digunakan.
Tabel 3. Pengaruh interaksi beberapa jenis pupuk organik dan urea terhadap hasil kacang panjang.
Perlakuan n0 n1 n2 n3 Rata-rata
o0
o1
o2
o3 2,18 c
3,37 b
3,89 a
3,93 a 3,65 b
3,50 b
4,06 a
4,18 a 3,86 bc
3,62 c
4,10 ab
4,20 a 3,83 b
3,65 b
4,11 a
4,21 a 3,38
3,53
4,04
4,13
Rata-rata 3,34 3,85 3,95 3,95
BNT 5 % 0,28
$0AKet : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5 %.
Pemberian pupuk organik ke dalam tanah akan menyebabkan sifat-sifat tanah berubah. Perubahan yang terjadi dalam tanah banyak dan komplek yang bisa dipilah menjadi tiga bagian : (1) fisik, (2) kimia dan (3) biologis (Nurhayati Hakim et al., 1986). Demikian juga halnya dengan pemberian pupuk urea ke dalam tanah sebagai sumber hara N dapat merubah kadar hara dalam tanah. Hardjowigeno (1987) menyebutkan bahwa walaupun bahan organik dalam tanah jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 - 5 % tetapi pengaruhnya terhadap perubahan sifat-sifat tanah besar sekali.
Kadar C-organik tanah sebelum percobaan rendah yaitu 1,26 %, tapi setelah diberi pupuk organik kadar C-organik tanah berubah, rata-rata lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar C-organik tanah awal. Penurunan kadar C-organik tanah ini tergantung dari jenis pupuk organik yang digunakan. Pada Tabel 1, terlihat rata-rata kadar C-organik tanah menurun seiring dengan meningkatnya dosis pupuk urea yang diberikan. Penurunan kadar C-organik tanah ini menunjukkan bahwa aktivitas mikroorganisme untuk merombak pupuk organik meningkat sejalan dengan meningkatnya pupuk urea yang diberikan. Pupuk urea sebagai sumber N dapat dijadikan sebagai sumber energi bagi aktivitas mikroorganisme, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah N yang diberikan, semakin meningkat aktivitas dari mikroorganisme dalam merombak pupuk organik yang diberikan sehingga C-organik tanah menurun.
Pemberian pupuk kandang sapi memberikan rata-rata kadar C-organik tanah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin yang artinya perombakan oleh mikroorganisme tanah terjadi secara perlahan-lahan, kurang terbentuk panas sehingga hara yang terlepaskan secara berangsur-angsur. Selain itu, pupuk kandang sapi kadar C-organik awalnya lebih tinggi dari yang lain, banyak mengandung air, lendir dan bila kena udara menjadi padat/kerak sehingga udara dan air selanjutnya sukar masuk ke dalamnya, sehingga dengan demikian karena sulit termineralisasi menyebabkan kadar C-organik tanah lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya.
Kadar N-total tanah setelah panen terrendah terlihat pada perlakuan tanpa pupuk organik (o0) yaitu 0,21 %, dan tertinggi pada perlakuan o3 yaitu 0,41 %, berbeda nyata bila dibandingkan denganjenis pupuk organik yang lainnya. Sedangkan pada perlakuan dosis urea kadar N-total tanah terrendah terlihat pada perlakuan tanpa pupuk urea (n0) yaitu 0,24 %, dan tertinggi terlihat pada perlakuan n3 yaitu 0,40 %, berbeda nyata bila dibandingkan dengan dosis pupuk urea lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat meningkatkan kadar N-total di dalam tanah. Nurhayati Hakim et al. (1986) mengemukakan bahwa dekomposisi bahan organik akan menghasilkan senyawa yang mengandung N, diantaranya amonium, nitrit, nitrat dan gas nitrogen. Hasil penelitian yang sama juga dikemukakan oleh Hairunsyah (1991) dan Raihan dan Nurtirtayani (2001) yang mengemukakan bahwa kandungan N-total tanah mengalami peningkatan dengan pemberian pupuk organik.
Perlakuan jenis pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah menyebabkan N-total dalam tanah berbeda, dimana N-total tanah tertinggi terlihat pada perlakuan pemberian pupuk organik kascing, yaitu 0,41 %. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk organik kascing, memberikan hara N yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya. Adnyani et al. (1998) menyebutkan bahwa peningkatan N dalam tanah disebabkan oleh bakteri dan mikroorganisme yang terdapat dalam kascing mampu merombak pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah.
Peningkatan dosis pupuk urea dapat meningkatkan N-total dalam tanah. Peningkatan kadar N-total dalam tanah dimungkinkan melalui dua cara, yaitu secara langsung dimana semakin tinggi dosis pupuk urea yang diberikan sebagai sumber N maka jumlah hara N yang diberikan ke dalam tanah juga semakin tinggi, sehinfga kadar N-total dalam tanah meningkat. Secara tidak langsung, peningkatan dosis urea akan menyebabkan peningkatan aktivitas dari mikroorganisme dalam merombak pupuk organik yang diberikan, sehingga dengan demikian semakin banyak N-organik yang termineralisasi dari pupuk organik yang diberikan.
Pemberian pupuk organik dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan hayati (biologi) tanah. Fungsi kimia dan hayati yang penting diantaranya adalah selaku penukar ion dan penyangga kimia, sebagai gudang hara N, P, dan S, pelarutan fosfat dengan jalan kompleksasi ion Fe dan Al dalam tanah dan sebagai sumber energi mikroorganisme tanah (Notohadiprawiro, 1998). Pemberian pupuk organik dari kotoran sapi, ayam dan kascing ke dalam tanah dapat meningkatkan kadar hara dalam tanah. Hasil analisis laboratorium pupuk kandang sapi, ayam dan kascing mengandung N-total (%) berturut-turut : 0,84; 1,64; 1,21 dan P-tsd (ppm) berturut-turut : 343,81; 920,91; 437,66; serta K-tsd (ppm) : 1023,03; 1116,18 dan 778,90 (Muku, 2002).
Meningkatnya ketersediaan hara dalam tanah akan menyebabkan jumlah hara yang diserap oleh tanaman akan semakin besar. Sehingga dengan demikian pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik yang ditandai dengan meningkatnya hasil tanaman kacang panjang. Hasil kacang panjang tertinggi terlihat pada kombinasi perlakuan o3n3 yaitu 4,21 t/ha. Penggunaan pupuk organik kascing memperlihatkan keunggulan dalam hal meningkatkan hasil kacang panjang bila dibandingkan dengan pupuk organik yang lainnya. Hal ini disebabkan karena pupuk organik kascing memiliki kandungan hara yang cukup tinggi dan lengkap, baik unsur hara makro maupun mikro yang siap diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu kascing mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan yang bisa memacu pertumbuhan tanaman, sehingga akhirnya berpengaruh terhadap hasil (Tri Mulat, 2003). Kascing juga merupakan media yang sangat baik untuk aktivitas mikroorganisme, karena kascing menyediakan lingkungan yang sesuai dan menjadi sumber energi yang tinggi karena memiliki C/N ratio yang rendah.
Peningkatan dosis urea sebagai sumber N dapat meningkatkan hasil kacang panjang. Hal ini disebabkan karena fungsi N secara langsung berperan dalam pembentukan protein dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dimana tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau (Hardjowigeno, 1987; Tri Mulat, 2003).
Hasil kacang panjang ini jauh lebih rendah dari potensi genetis tanaman kacang panjang yang bisa mencapai lebih dari 20 t/ha polong segar. Hal ini diduga disebabkan karena varietas yang digunakan adalah kacang panjang varietas lokal disamping itu dosis pupuk urea yang diberikan belum optimal, mengingat hasil kacang panjang yang tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan pupuk organik kascing dengan dosis urea yang tertinggi (o3n3).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat kesuburan tanah lokasi percobaan rendah yang dicirikan dengan pH tanah agak asam (6,09), kadar C-organik rendah (1,24 %), N-total rendah (0,12 %) dan C/N ratio rendah (8,24 %).
2. Interaksi perlakuan jenis pupuk organik dan pupuk urea berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap C-organik tanah dan hasil kacang panjang. Kadar N-total tanah hanya dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan tunggal yaitu jenis pupuk organik dan dosis urea.
3. Hasil kacang panjang tertinggi terlihat pada kombinasi perlakuan o3n3 yaitu 4,21 t/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, I.A.S., M. Mega, dan T. Kusumawati. 1998. Pengaruh pupuk organik kascing dan rustica yellow terhadap N dan P tanah dan hasil bawang putih. Laporan Penelitian. Jurusan Tanah fakultas Pertanian, Unud.
Aidi, N., A. Jumberi dan R.D. Ningsih. 1996. Peranan pupuk organik dalam meningkatkan hasil padi gogo di lahan kering. Pros. Sem. Teknologi Sistem usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering. Balittra Banjarbaru. Hlm. : 567-578.
Anonimous. 2003. Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Badung. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Badung.
Gomez, A.K. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. UI Press. Jakarta. 698 hlm.
Hairunsyah. 1991. Pengaruh empat jenis bahan organik pada tiga dosis pemberian N terhadap pertumbuhan dan hasil gabah pada padi sawah beririgasi. Kindai, Vol. 2 (2) : 5-9. Balitbang Pert. Balittan banjarbaru.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Medyatama sarana Perkasa. Jakarta. Hlm. : 73-76.
Kartapraja, R., dan P. Sudomo. 1990. Pengujian daya hasil kultivar kacang panjang. Bull. Penel. Hort. Vol. XVIII. No. 1 : 110-115.
Lund, F.Z. and B.D. Doss. 1980. Residual effect of dairy cattle manure on plant growth and soil properties. Agron. J. 72 : 123-130.
Muku, O..M. 2002. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan dan Macam Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L) di Lahan Kering. Tesis Program Pascasarjana. Unud. Denpasar. 64 hlm. (Unpublished)
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdikbud. Jakarta.
Nurhayati Hakim, M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.K. Saul. M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Unila. 488 hlm.
Raihan, H.S., dan Nurtirtayani. 2001. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap N dan P tersedia tanah serta hasil beberapa varietas jagung di lahan pasang surut. Agrivita, Vol. 23 (1) : 13-19. Faperta Unibraw.
Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, IPB Bogor. 59 hlm.
Soethama, W., Rosdiah, Sukaadana, Redise dan Sugiarta. 1998. Profil usahatani sayuran perkotaan. Hlm. : 35-52. Dalam Suprapto et al. (Eds). Profil Usahatani Perkotaan dan Upaya Meningkatkan Efisiensi Budidaya. IPPTP. Pusat penelitian Sosial Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Deptan.
Tri Mulat. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing : Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Depok. Jakarta. 77 hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar